Pustaka Kaji Surau
Kamis, 29 September 2016
Senin, 15 Agustus 2016
( Ihya Ulumuddin ) Penjelasan keadaan para sahabat, tabi’in, para salaf dan orang-orang salih tentang bersangatannya takut
بسم الله الرحمن الرحيم
Penjelasan keadaan para sahabat, tabi’in, para salaf dan orang-orang salih tentang bersangatannya takut
Diriwayatkan
babhwa Abu Bakar As-Shidiq berkata kepada burung, “Kiranya aku seperti
engkau, wahai burung, dan aku tidak dijadikan manusia”.
Abu Dzar RA berkata, “Aku ingin jikalau aku ini hanyalah sebatang pohon kayu yang ditolong orang”. Begitu juga kata Thalhah.
Utsman berkata,”Aku ingin bahwa aku jika mati maka aku tidak dibangkitkan.
‘Aisyah RA berkata, “aku menginginkan bahwa aku ini dilupakan orang”.
Diriwayatkan
bahwa Umar RA jatuh pingsan dari karena ketakutan apabila mendengar
ayat-ayat Al-Qur’an. Maka ia dikunjungi hingga beberapa hari. Dan pada
suatu hari ia mengambil sepotong jerami dan tanah lalu mengatakan,
“kiranya aku adalah jerami ini. Kiranya tidaklah aku ini sesuatu yang
disebutkan orang. Kiranya aku ini dilupakan orang. Kiranya aku ini tidak
dilahirkan oleh ibuku”.
Adalah pada wajah Umar ada dua garis hitam dari sebab air mata. Dan beliau juga mengatakan, “barang siapa yang takut kepada الله niscaya ia tidak merasa sembuh kemarahan الله padanya. Siapa yang bertakwa kepada الله niscaya tidak akan diperbuatnya apa yang dikehendakinya. Dan kalaulah tidak karena hari kiyamat, niscaya الله lain dari apa yang kamu lihat.
Tatkala Umar membaca ayat :
اذاالشمس كورت واذاالنجوم انكدرت, واذاالجبال سيرت, واذاالعشار عطلت, واذاالوحوش حشرت, واذاالنفوس زووجت, واذاالموءودت سئلت, بأي ذنب قتلت واذاالصحف نشرت
Apabila
matahari digulung, dan apabila bintang-bintang berjatuhan, dan apabila
gunung-gunung dihancurkan, dan apabila unta-unta yang bunting
ditinggalkan (tidak diperdulikan), dan apabila binatang-binatang liar
dikumpulkan, dan apabila lautan dipanaskan, dan apabila ruh-ruh
dipertemukan (dengan tubuh), apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur
hidup-hidup ditanya, karena dosa apakah dia dibunuh, dan apabila
catatan-catatan (amal perbuatan manusia) dibuka, (At-Takwiir 1-10)
-Maka Umar RA jatuh pingsan.
Pada
suatu hari Umar melintasi rumah seseorang yang sedang salat dengan
membaca surat At-Thur ayat 1 lalu beliau berhenti dan mendengar. Tatkala
sampai pada firman-Nya :
ان عذاب ربك لواقع . ما له من دافع
“Sesungguhnya Adzab Tuhanmu pasti akan datang, tiada seorangpun dapat menolaknya”.
Maka
beliau turun dari keledainya dan bersandar ke dinding dan berhenti
beberapa saat. Kemudian beliau kembali ke rumahnya lalu sakit selama
sebulan yang dikunjungi oleh orang banyak sedang mereka tidak tahu apa
sakitnya.
Ali
RA berkata, dan beliau baru saja memberi salam ketika (selesai) shalat
subuh dan telah meninggi kegundahan hatinya dan beliau membolak-balikkan
tangannya, “Aku telah melihat para sahabat Muhammad SAW maka pada hari
ini aku tiada melihat sesuatupun yang menyerupai dengan mereka.
Sesungguhnya para sahabat itu berpagi hari dengan rambut yang kusut
bermuka kuning pucat dan berdebu. Diantara mata mereka itu seperti lutut
kambing (dari bekas sujud). Mereka pada malam hari bersujud dan
menegakkan shalat karena الله. Mereka membaca kitab الله. Mereka bergoncang
badannya seperti bergoncangnya kayu pada hari banyak angin. Dan
berhamburan matanya dengan air mata sehingga basah kainnya. Demi الله maka seakan-akan aku dan mereka menjadi kaum yang lalai dari berdzikir kepada الله تعالى.”
Kemudian beliau bangun berdiri, maka sesudah itu tiada terlihat lagi hingga beliau dibunuh oleh Ibnu Muljam.
Imran bin Husain berkata, “Aku ingin bahwa aku ini hanyalah debu yang dihembuskan angin pada hari di musim angin kencang.
Abu
Ubaidah bin Al-jarrah berkata, “Aku ingin bahwa aku ini Kibasy
(biri-biri) sehingga aku disembelih oleh keluargaku, mereka memakan
dagingku dan merasakan kuahku”.
Adalah
Ali Bin Husain Ra, apabila mengambil air wudhu maka wajahnya pucat.
Keluarganya bertanya kepadanya, “Kebiasaan apakah ini ketika engkau
mengambil wudhu ?”
Beliau menjawab, “Apakah kamu tahu di hadapanku yang aku hendak berdiri karenanya ?”
Musa
bin Mas’ud berkata, “Adalah kami apabila kami duduk berhadapan dengan
Ats-Tsauri, niscaya seakan-akan api telah mengelilingi kami karena kami
melihat dari ketakutan dan kegundahannya”.
Mudlar Al_Qari pada suatu hari memabca :
هذاكتبنا ينطق عليكم بالحق , انا كنا نستنسخ ما كنتم تعملون
Inilah
kitab catatan Kami yang mengatakan kepadamu menurut yang sebenarnya.
Sesungguhnya Kami menyuruh menuliskan segala apa yang kamu kerjakan (Al-Jasiyah 29)
Maka
Abdul Wahid bin Zaid menangis sehingga pingsan. Maka tatkala telah
sembuh beliau berkata, “Demi keagungan Engkau, aku tiada mendurhakai
Engkau oleh tenagaku untuk selama-lamanya. Maka tolonglah aku dengan
taufik Engkau kepada menta’ati Engkau”.
Adalah
Al-Musawwar bin Makhzamah tidak kuat untuk mendengar sesuatu dari
Al-Qur’an karena sangat takutnya. Sesungguhnya dibacakan kepadanya satu
huruf dan ayat lalu ia memekik dengan suatu pekikan keras sehingga ia
tidak dapat berfikir untuk beberapa hari. Maka datanglah kepadanya
seorang laki-laki dari Khats’am kemudian orang itu membacakan kepadanya :
يوم نخشر المتقين الى الرحمن وفدا . ونسوق المجرمين الى جهنم وردا
Di hari itu Kami kumpulkan orang-orang yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Pengasih dan Kami halau orang-orang yang durhaka kepada neraka jahanam secara kasar.
Lalu
AL musawwar berkata, “Aku termasuk orang-orang yang berbuat kesalahan
dan tidaklah aku termasuk orang-orang tang bertaqwa. Ulangilah bacaan
itu hai qari’.” Lalu diulanginya maka pingsanlah Al-Musawwar sehingga ia
meninggal dunia (kembali ke akhirat).
Dibacakan kepada Yahya Al-Bakka’ (orang yang mudah menangis).
ولو ترى اذ وقفوا على ربهم
Dan kalau engkau lihat ketika mereka ditegakkan di hadapan Tuhan. (Al-Anaam 30).
Maka
Yahya memekik dengan pekikan yang keras yang dia berhenti dari pekikan
itu karena sakit selama empat bulan. Ia dikunjungi orang dari seluruh
kota Basrah.
Malik
bin Dinar berkata, “sewaktu aku bertawaf mengelilingi BaituLlah
tiba-tiba aku dekat seorang anak perempuan yang kuat beribadah. Ia
bergantung pada tirai Ka’bah dan berdo’a : “Hai Tuhanku, banyaklah nafsu
keinginan yang telah hilang kelezatannya dan tinggal ikutannya. Hai
Tuhanku, apakah tidak ada bagi Engkau pelajaran dan siksaan selain
neraka ?”. Dia menangis dan senantiasalah ia demikian di tempatnya
berdiri sehingga terbit fajar”.
Malik
berkata, “Maka tatkala aku melihat yang demikian lalu aku letakkan
tanganku ke atas kepalaku dan dengan menjerit aku berkata, “Ditiadakan
Malik oleh Ibunya”.
Diriwayatkan
bahwa Al-Fudhail dilihat orang pada hari arafah (9 Dzulhijjah) dan
orang banyak itu berdoa sedangkan Al-Fudhail itu menangis seperti
tangisan seorang wanita yang kehilangan anak yang menghadapi kebakaran
sehingga apabila matahari hampir terbenam maka
Al-Fudhail menggenggam janggutnya kemudian mengangkat kepalanya
memandang ke langit dan berdoa “Demi kejahatanku kepada Engkau, dan
kalau kiranya Engkau ampunkan”. Kemudian ia berbalik bersama manusia
ramai.
Ditanyakan
kepada Ibnu Abbas perihal orang-orang yang takut maka beliau menjawab,
“Hati mereka luka disebabkan takut itu, dan mata mereka menangis. Mereka
mengatakan ‘bagaimana kami bergembira sedangkan mati itu di belakang
kami dan kubur itu di depan kami, hari kiyamat itu janjian bagi kami, di atas neraka jahanam itu jalanan kami, dan di hadapan الله Tuhan kami tempat pemberhentian kami’”.
Al-Hasan Al-Bashri melewati seorang pemuda dan pemuda itu tengah tenggelam dalam ketawanya. Dia
duduk bersama orang banyak di dalam suatu majlis lalu Al-Hasan berkata
kepadanya, “hai anak muda, adakah engkau pasti selamat melalui titian ?”
Anak muda itu menjawab, “Tidak”.
Al-hasan bertanya lagi, “Adakah engkau ketahui bahwa engkau berkesudahan ke surga atau ke neraka ?”
Anak muda itu menjawab, “Tidak”.
Al-Hasan bertanya pula, ‘Maka Ketawa apakah ini ?”
Maka anak muda itu tidak terlihat tertawa lagi sesudah itu.
Adalah
Ahmad bin AbduRrabbih apabila ia duduk maka ia duduk dengan tidak
tenang di atas kedua telapak kakinya, lalu ditanyakan kepadanya,
“bilamana engkau dapat duduk dengan tenang ?”
Maka beliau menjawab, “Itu duduk orang yang merasa aman, dan aku tidak merasa aman karena aku berbuat maksiyat kepada الله تعالى.”
Umar bin Abdul Azis RA berkata, “Sesungguhnya الله menjadikan kelalaian pada hati hamba-Nya sebagai suatu rahmat supaya mereka tidak mati dikarenakan takut kepada الله تعالى”.
Malik
bin Dinar berkata, “Sesungguhnya aku bercita-cita apabila aku mati, aku
akan suruh mereka mengikatkanku dan merantaiku kemudian mereka
melepaskan aku kepada Tuhanku, sebagaimana dilepaskan hamba yang lari
kepada Tuannya”.
Hatim
Al-Asham berkata, “Jangan engkau terperdaya oleh tempat yang baik,
karena tidak ada tenpat yang terbaik selain surga. Dan Nabi Adam AS
telah mendapatkan di dalam surga apa yang telah ia dapatkan (yaitu
akhirnya diturunkan ke bumi). Dan engkau jangan terperdaya dengan banyak
ibadah, sesungguhnya iblis sesudah lama ia beribadah maka ia dapatkan
apa yang telah ia dapatkan (yaitu dijauhkan dari الله تعالى). Dan jangan engkau terperdaya oleh banyak ilmu, sesungguhnya Bal’am mengetahui dengan baik Al-Asmaaul Husna (nama-nama الله
Yang Maha Agung), maka perhatikanlah apa yang telah ia dapatkan (mati
dalam kekufuran). Dan janganlah engkau terperdaya dengan melihat
orang-orang salih, maka tiada seorangpun yang lebih besar tingkatannya
di sisi الله
selain Nabi Muhammad SAW yang terpilih, dan tidak dapat diambil manfaat
oleh keluarganya dan musuhnya dengan menemuinya (diantara keluarga
seperti abu Jahal dan Abu Lahab, meskipun mereka bertemu dan melihat رسول الله SAW akan tetapi mereka tidak dapat mengambil manfaat / beriman kepada رسول الله SAW).
As-Sirri
berkata, “Semenjak empat puluh tahun yang lampau aku melihat bercermin
beberapa kali dalam sehari barang kali ada hal-hal yang negatif karena
takut bahwa ada yang menghitamkan wajahku”.
Abu Hafs berkata, “Semenjak empat puluh tahun yang lampau i’tikadku pada diriku adalah bahwa الله memandang kepadaku dengan pandangan marah, dan amal perbuatanku menunjukkan kepada hal yang demiikian”.
Ibnu Mubarak suatu hari pergi kepada teman-temannya lalu mengatakan “Aku kemarin memberanikan diri kepada الله, aku meminta kepada-Nya akan surga”.
Ummu
Muhammad bin Ka’ab Al-Qaradhi mengatakan kepada puteranya, “Hai anakku,
Aku mengenal engkau sebagai anak kecil yang baik dan anak yang sudah
besar yang baik. Dan seakan-akan engkau mendatangkan hal-hal yang
memnbinasakan karena apa yang aku lihat engkau mengerjakannya pada malam
dan siang engkau dengan bermacam ibadah”.
Anak itu menjawab, “Hai ibuku, aku tidak merasa aman bahwa الله تعالى melihat kepadaku dan aku di atas sebagian dosa-dosaku, maka Ia mengutuk akan aku dan berfirman , “Demi kemuliaan-Ku dan keagungan-Ku Aku tiada mengampunimu “.
Al-Fudhail
berkata, “Sesungguhnya aku tidak iri kepada para Nabi yang menjadi
Rasul SAW, kepada para malaikat yang mendekatkan diri kepada الله
dan kepada hamba yang salih. Bukankah mereka itu menyaksikan huru-hara
hari kiyamat ?. sesungguhnya aku iri hati kepada orang yang tidak
diciptakan”.
Diriwayatkan
bahwa seorang pemuda Anshar merasakan takut kepada neraka lalu ia
menangis sehingga yang demikian itu menahannya di dalam rumah. Maka
datanglah Nabi SAW lalu beliau masuk ke tempatnya dan berpeluk-pelukan
dengan dia. Lalu anak muda itu jatuh tersungkur dalam keadaan meninggal
dunia, maka Nabi SAW bersabda,”Uruslah mayat temanmu maka sesungguhnya takut dari neraka itu telah menghancurkan jantungnya”.
Diriwayatkkan dari Ibnu Abi Maisarah bahwa ia apabila pergi ke tempat tidurnya maka ia mengatakan, “Wahai kiranya ibuku tidak memperanakkanku”. Maka ibunya mengatakan kepadanya, “Hai Maisarah, sesungguhnya الله تعالى telah berbuat baik kepada engkau dengan ditunjikkannya engkau kepada agama Islam”.
Maisarah menjawab, “Benar, akan tetapi الله تعالى telah menerangkan kepada kita bahwa kita datang ke neraka dan tidak diterangkan-nya kepada kita bahwa kita keluar dari neraka”.
Dikatakan
kepada farqad As-Sabakhi,”Terangkanlah kepada kami sesuatu yang paling
menakjubkan yang sampai kepada engkau tentang kisah dari bani Israil
(kaum yahudi).”
Farqad
menjawab, “Telah sampai kepadaku berita bahwa telah masuk ke Baiutl
Maqdis sebanyak 500 gadis perawan. Mereka berpakaian wol (pakaian dari
tenunan bulu domba) lalu mereka berbincang-bincang tentang pahala dan
siksaan الله. Maka mereka semua mati pada hari itu.
Adalah Atha’ As-Salimi termasuk sebagian orang-orang yang takut. Dia tidak meminta surga kepada الله selama-lamanya. Ia meminta kepada الله akan kemaafan-Nya. Dan ditanyakan kepadanya ketika sakit, “Apakah anda tidak mengingini sesuatu ?”
Ia menjawab, “ bahwa ketakutan kepada neraka jahanam tidak menyisakan tempat di dalam hatiku untuk nafsu keinginan”.
Dan
adalah orang-orang mengatakan bahwa Atha’ As-Salimi tidak pernah
mengangkat kepalanya menengadah ke langit dan tidak pernah pula tertawa
selama empat puluh tahun. Dan pada suatu hari ia mengangkatkan kepalanya
lalu ia terkejut dan jatuh. Maka pecahlah sesuatu di dalam perutnya, ia
memegangi badanya pada sebagian malam karena takut kalau badannya itu
berubah kepada keadaan yang lebih buruk. Apabila orang-orang terkena
badai / angin kencang, atau kilat, atau mahalnya makanan, maka Atha’
mengatakan, “Ini semua karenaku yang menimpa kepada mereka. Jikalau
matilah Atha’ niscaya manusia memperoleh kesenangan”.
Atha’
berkata, “Kami keluar bersama Athbah AL-Ghulam, dan dalam rombongan
kami itu terdapat orang-orang tua dan muda. Mereka mengerjakan salat
fajar (subuh) dengan wudhu Isya’. Telapak kaki mereka telah bengkak
dikarenakan lamanya berdiri. Mata mereka telah masuk ke dalam kepalanya,
kulit mereka telah melekat pada tulangnya, dan tinggalah urat-uratnya
itu seolah laksana tali dawai.
Mereka
di pagi hari seolah kulit mereka itu sepeprti kulit buah mentimun
(karena pucat), dan seolah-olah mereka itu baru keluar dari kubur,
dimana mereka menerangkan bahwa الله تعالى itu memuliakan orang-orang yang ta’at dan bagaimana الله
menghinakan orang-orang yang berbuat maksiyat. Pada waktu mereka
berjalan kaki ketika seorang dari mereka melewati suatu tempat, lalu
jatuh tersungkur dalam keadaan pingsan. Maka duduklah para sahabatnya di
kelilingnya dengan menangis pada hari yang sangat dingin. Dahi orang
itu bercucuran keringat lalu mereka mendatangkan air dan menyapu pipi
orang itu, maka orang itu sembuh dari pingsannya. Kemudian mereka
bertanya tentang keadaannya, dan orang itu menjawab, “Bahwa aku teringat
aku telah berbuat maksiyat kepada الله di tempat itu”.
Shalih AL-Marri mengatakan,”Aku bacakan ayat di bawah ini kepada seorang laki-laki dari orang-orang yang banyak beribadah :
يوم تقلب وجوههم فى النار يقولوان يليتنااطعناالله واطعنا الرسول
Pada hari dibalik-balik muka mereka di dalam neraka dan mereka berkata, “Wahai alangkah baik kiranya aku ta’at kepada الله dan ta’at kepada Rasul”.(Al-Ahzab 66)
Lalu
orang itu pingsan dan setelah sembuh dari pingsannya lalu berkata
“tambahkan lagi kepadaku hai Shalih !, sesungguhnya aku mendapati
kesedihan”
Maka aku bacakan
كلما ارادواان يخرجوامنها من غم اعيدوافيها
Setiap mereka hendak keluar dari dalamnya karena kesedihan, lantas mereka dikembalikan lagi ke dalamnya (Al-Hajj 22).
Maka laki-laki ahli ibadah itu jatuh tersungkur dan meninggal dunia
Diriwayatkan bahwa Zararah bin Abi Aufa mengerjakan shalat subuh dengan banyak orang. Maka tatkala beliau membaca ayat :
فاذا نقرفي الناقور
Maka ketika terompet dibunyikan (Al-Mudatsir 8)
Lalu beliau jatuh tersungkur dalam keadaan pingsan. Maka kemudian beliau dibawa dalam keadaan meninggal dunia.
Yazid
Ar-Raqqasyi masuk ke tempat Umar bin Abdul Azis, maka Umar bin Abdul
Azis berkata, “Berilah pengajaran kepadaku hai Yazid”.
Yazid menjawab, “Waahi Amirul Mukminin, ketahuilah bahwa engkau tidaklah khalifah pertama yang mati”.
Maka Umar bin Abdul Azis menangis, kemudian berkata, “tambahkanlah pengajaran kepadaku”.
Yazid menjawab, “Hai Amirul Mukminin, Tiadalah diantara engkau dan Adam itu bapa, selain orang yang sudah meninggal”.
Maka Umar bin Abdul Azis menangis dan berkata, “Tambahkan lagi hai Yazid”.
Yazid menjawab, “Hai Amirul Mukminin, tiadalah antara engkau dan surga dan neraka itu tempat”.
Lalu Umar bin Abdul Azis jatuh tersungkur dalam keadaan pingsan.
Maimun bin Mahram berkata, “tatkala turun ayat ini :
وان جهنم لموعدهم اجمعين
Dan sesungguhnya neraka jahanam adalah tempat yang dijanjkan kepada mereka semua (Al-Hijr 43)
Maka
Salman Al-Farisi memekik dan meletakkan tangannya di atas kepalanya. Ia
lari keluar dari rumahnya selama tiga hari dimana orang-orang itdak
sanggup mengejarnya.”
Dawud
At-tha’i melihat seorang wanita pada kepala kuburan anaknya. Wanita itu
mengatakan, “Hai anakku kiranya aku ketahui pipimu yang mana yang
pertama-tama dimulai (dimakan oleh ulat)”.
Maka Dawud pingsan dan jatuh di tempatnya.
Dikatkaan bahwa Sufyan Ats-Tsauri sakit lalu dibawa oleh penunjuknya kepada seorang tabib dzimmi
. Tabib itu mangatakan,” Inilah orang yang ketakutannya telah
memutuskan jantungnya”. Kemudian tabib itu datang dan memegang urat uratnya dan mengatakan, “tidak aku tahu bahwa pada agama yang benar ada orang yang seperti Sufyan”.
Ahmad bin hambal RA berkata,”Aku bermohon kepada الله
SWT kiranya Ia membuka kepadaku pintu ketakutan. Maka dibukakannya lalu
aku takut kepada akalku. Maka aku berdoa, “Wahai Tuhanku, sekadar apa
yang aku sanggupi”. Maka tenanglah hatiku”.
AbduLlah
bin Amr bin AL-Ash berkata, “Menangislah. Maka jikalau engkau tidak
dapat menangis, maka berbuat tangislah, demi Tuhan Yang diriku di
tangan-Nya, jikalau tahu diantara kamu akan pengetahuan niscaya ia
berteriak sehingga putuslah suaranya dan ia akan mengerjaakan shalat sehingga pecahlah tulang pinggangnya”.
Seakan-akan AbdiLlah bin Amr bin Ash mengisyaratkan pada makna sabda Nabi SAW, :
لو تعلمون ما أعلم لضحكتم قليلا ولبكيتم كثيرا
Jikalau kamu tahu apa yang aku tahu niscaya kamu akan sedikit tertawa dan banyak menangis.
Al-Anbari
berkata, “Berkumpul para perawi hadits di pintu Fudhail bin Iyadh maka
terlihat oleh mereka beberapa lubang dinding, Al-Fudhail itu menangis,
dan janggutnya bergoyang-goyang lalu Al-Fudhail
berkata, “Haruslah kamu dengan AL-Qur’an ! Haruslah kamu mengerjakan
shalat ! Berhati-hatilah kamu. Tidaklah ini zaman hadits, sesungguhnya
ini zaman menangis, merendahkan diri, ketetapan hati dan doa seperti
doanya orang yang karam. Sesunguuhnya ini zaman : Peliharalah lisan
engkau , sembunyikanlah tempat engkau , obatilah hati engkau, ambilah
apa yang engkau pandang ma’ruf dan tinggalkanlah apa yang engkau pandang
munkar.
Pada suatu hari orang melihat Al-Fudhail berjalan kaki lalu ditanyakan mau ke mana.
Al-Fudhail menjawab, “Aku tidak tahu”
Adalah Al-Fudhail itu berjalan kaki untuk melengahkan diri dari ketakutan.
Dzar
bin Umar bertanya kepada bapanya Umar bin Dzar, “Bagaimana kiranya
keadaan orang-orang yang ahli ilmu kalam yang berkata-kata maka tidak
ada yang menangis akan tetapi apabila ayah yang berkata-kata niscaya aku
mendengar tangisan dari setiyap sudut”.
Ayahnya
menjawab,”Wahai anakku, tidaklah wanita yang meratap karena kematian
anak itu seperti wanita yang meratap karena disewa (untuk meratap).
Diceritakan bahwa suatu kaum berdiri dengan seorang abid (ahli ibadah), dan abid itu
sedang menangis. Maka orng banyak bertanya kepadanya,”Apakah yang
membawa engkau kepada menangis ? kiranya engkau diberi rahmat oleh الله.”
Abid itu menjawab, “Luka yang diperoleh oleh orang-orang yang takut dalam hatinya”.
Mereka bertanya, “Apakah luka itu ?”
Abid itu menjawab, “terkejut oleh panggilan untuk datang kepada الله Azza wa Jalla”.
Adalah
Ibrahim Al-Khawas itu menangis dan mengatakan dalam munajahnya,
“Sesungguhnya aku telah tua dan telah melemah tubuhku untuk berkhidmah
kepada Engkau, maka merdekakanlah aku !”
Shalih Al-Marri berkata, “Datang kepada kami Ibnu Samak lalu
beliau mengatakan, “Perhatikanlah kepadaku akan sesuatu dari sebagian
keajaiban hamba-hambamu”. Lalu aku pergi kepada seorang laki-laki pada
sebahagian desa dengan Ibnu Sammak pada suatu rumah bambu kepunyaan
laki-laki itu. Maka kami minta izin kepada lelaki itu. Tiba-tiba lelaki
itu menganyam daun kurma maka aku bercakap dengannya, :
Pada
waktu belenggu dan rantai telah dipasang di leher mereka, mereka dihela
ke dalam air yang sangat panas kemudian mereka dibakar ke dalam api.
(Al-Mukmin 71-72).
Maka
lelaki itu memekik dengan keras dan jatuh tersungkur dalam keadaan
pingsan. Lalu kami keluar dari tempat lelaki itu dan kami meninggalkan
dia dalam keadaan yang demikian. Dan kami pergi kepada orang lain lalu
kami masuk ke tempatnya, maka aku bacakan ayat tadi lalu orang itupun
memekik dengan keras dan jatuh tersungkur dalam keadaan pingsan. Lalu
kami pergi dan meminta izin kepada orang ketiga, maka orang ketiga ini
mengatakan, “Masuklah kalau kamu tidak mengganggu kami dari tuhan kami”.
Maka aku bacakan ayat :
ذالك لمن خاف مقامي وخاف وعيد
Tempat yang demikian itu adalah untuk orang-orang yang takut kepada kebesaran-Ku dan takut kepada janji-Ku (Ibrahim 14).
Lalu
orang itu memekik dengan pekikan keras, maka nampaklah darah keluar
dari kedua lubang hidungnya, dan ia mengusapnya hingga kering. Lalu kami
tinggalkan dia dalam keadaan yang demikian dan kemudian keluar. Maka
aku telah keliling pada enam orang. Setiap orang yang aku keluar padanya
maka aku tinggalkan dalam keadaan pingsan. Kemudian aku datangi orang
yang ke tujuh lalu kami miunta izin untuk masuk. Rupanya ia adalah
seorang wanita, dan dari dalam rumah bambu itu ia berkata, ‘”Masuklah”.
Lalu kami masuk maka tampaklah seorang tua (suaminya) yang sudah lanjut
usianya, duduk pada tikar mushalanya. Lalu kami memberi salam kepadanya .
ia tidak mengetahui dengan salam kami, lalu aku berkata dengan suara
keras,”Ketahuilah bahwa di hari esok, makhluk itu mempunyai tempat
kedudukan”.
Maka
orang itu menjawab, ‘Di hadapan siapa ?”Hati-hatilah engkau!” kemudian
orang tua itu di dalam keheranan, yang terbuka mulutnya, matanya
memandang ke atas, ia memekik dengan suara yang lemah Oh..oh..” sehingga
suara itu terputus.
Lalu isterinya berkata, “Keluarlah, kamu sesungguhnya tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun darinya.”
Sesudah itu aku bertanya tentang orang banyak itu, rupanya tiga orang sudah sembuh, dan tiga orang lagi sudah kembali kepada الله تعالى
(meninggal dunia). Adapun orang tua itu tiga hari di dalam keadaannya
yang demikian, ternganga dan keheranan. Tidak mengerjakan amal yang
fardhu dan setelah tiga hari barulah kembali akal pikirannya.
Adalah
Yazib bin Al-Aswad kelihatan temasuk golongan wali-wali (Aulia). Ia
bersumpah tidak akan tertawa selamanya, tidak akan tidur dengan
berbaring, dan tidak akan makan minyak samin untuk selama-lamanya. Maka
tidaklah ia kelihatan tertawa dan tidur berbaring dan tiada memakan
minyak samin sampai ia meinggal dunia. Kiranya الله mencurahkan rahmat kepadanya.
Al-Hajaj berkata kepada Sa’ad bin Jubair, “Sampai kepadaku berita bahwa engkau tiada pernah tertawa”.
Sa’ad
bin Jubair menjawab, “Bagaimana aku tertawa sedangkan neraka jahanam
itu menyala, rantai-rantai itu dipasang dan neraka zabaniyah itu telah
disiapkan”.
Seorang laki-laki bertanya kepada Hasan AL-Bashri RA, Hai Abu Sa’id, bagaimana seharusnya aku berpagi hari ?”
Hasan AL-Bashri RA menjawab, “Dengan penuh kebajikan”.
Lelaki itu bertanya lagi, “Bagaimana halnya dengan keadaanmu ?”
Hasan
AL-Bashri RA tersenyum dan menjawab, “Engkau bertanya tentang
keadaanku, lalu apa persangkaanmu dengan manusia yang menumpang kapal di
tengah lautan lalu pecahlah kapal mereka lalu setiap insan dari mereka
bergantung dengan sepotong kayu. Bagaimana keadaan setiap insan itu ?”
Lelaki itu menjawab, “Dalam keadaan yang sangat sulit”.
Maka Hasan AL-Bashri RA berkata, “Hal keadaanku lebih sulit dari mereka”.
Bekas
budak wanita Umar bin Abdul Azis masuk ketempat Umar bin Abdul Azis. Ia
memberi salam kepada Umar bin Abdul Azis kemudian ia pergi ke mushala
di dalam rumah Umar bin Abdul Azis. Lalu wanita itu mengerjakan shalat
dua rekaat dan kedua matanya keras hendak tidur. Lalu ia berbaring dan
tidur. Maka dalam tidurnya ia menangis kemudian ia terbangun lalu
berkata, “Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya demi الله aku bermimpi suatu keajaiban”.
Umar bin Abdul Azis berkata, “Keajaiban apakah itu ?”
Wanita itu menjawab, “Aku bermimpi neraka, dan neraka itu berkobar-kobar apinya kepada penghuninya. Kemudian dibawalah titian الصراط المستقيم lalu penghuni tadi diletakkan di atas titian itu”.
Umar bin Abdul Azis berkata, “Teruskan”.
Wanita
itu menyambung, “Maka dibawalah Abdul Malik bin Marwan lalu ia
dipikulkan di atas penghuni itu. Maka tiadalah berlalu selain waktu yang
sedikit saja sehingga titian itu terbalik, maka Abdul Malik bin Marwan
jatuh ke dalam neraka jahanam”.
Umar bin Abdul Azis berkata, “Teruskan”.
Wanita
itu menyambung, “Maka dibawalah Al-Walid bin Abdul Malik lalu ia
dipikulkan di atas penghuni itu dan tiadalah berlalu selain waktu yang
sedikit saja sehingga titian itu terbalik. Maka Al-Walid bin Abdul malik
jatuh ke dalam neraka jahanam”.
Umar bin Abdul Azis berkata, “teruskan”.
Wanita
itu menyambung, “Kemudian dibawalah Sulaiman bin Abdul malik, maka
tiadalah berlalu selain waktu sebentar saja sehingga titian itu terbalik
dan Sulaiman bin Abdul Malik jatuh seperti yang demikian.”
Umar bin Abdul Azis berkata, “Teruskan”.
Wanita itu meneruskan ceritanya, “Kemudian dibawalah engkau demi الله wahai Amirul Mukminin”.
Lalu
Umar bin Abdul Azis RA memekik dengan pekikan yang keras yang
membuatnya jatuh pingsan. Lalu wanita itu berdiri mendekati Umar bin
Abdul Azis dengan membisikkan ke telinganya, “Hai Amirul Mukminin, aku
melihat engkau demi الله selamat. Aku melihat engkau selamat dari bahaya itu”.
Kata
yang meriwayatkan kisah ini, “Wanita itu terus memanggil dan Umar bin
Abdul Azis terus memekik dan ia memeriksa dengan kedua kakinya”.
Diceritakan
bahwa Uwais Al Qarni RA datang kepada Al-Qash. Maka dia menangis sebab
mendengarkan perkataan Al-Qash. Apabila Al-Qash menyebutkan neraka, maka
Uwais memekik. kemudian Uwais bangun berjalan lalu diikuti manusia banyak mereka mengatakan “gila-gila”.
Muadz
bin Jabal RA mengatakan, “bahwa orang mukmin itu tidak tenang
ketakutannya sebelum meninggalkan titian neraka jahanam di belakangnya”.
Adalah
Thawus bin Khaisan Al-Yamani membentangkan tikar tidur untuk Muadz bin
Jabal. Maka Muadz pun berbaring dan bergoncang badannya sebagaimana
bergoncangnya biji-bijian dalam kuali penggorengan. Kemudian ia melompat
berdiri lalu ia melipatkan badannya dan mengahdap kiblat dengan ruku’
dan sujud sampai datang waktu shalat subuh dan ia mengatakan, “Mengingati neraka jahanam itu menerbangkan tidur orang-orang yang takut”.
Hasan AL Bashri RA berkata, “seorang laki-laki keluar dari neraka sesudah seribu tahun. Wahai kiranya akulah lelaki itu”.
Beliau
megatakan yang demikian karena takutnya berkekalan di dalam neraka dan
suu-ul khatimah. Diriwayatkan bahwa beliau tiada pernah tertawa selama
empat puluh tahun, dan perawi mengatakan, “Apabila aku melihat Al-Hasan
Al-Bashri duduk maka seakan-akan ia itu seorang tawanan yang didatangkan
untuk dipenggal lehernya. Apabila beliau berkata-kata, seakan-akan
beliau melihat akhirat lalu beliau menceritakan hal keadaan yang
dilihatnya. Apabila beliau diam maka seakan-akan api neraka
menyala-nyala di hadapannya”.
Beliau dicela orang lantaran bersangatan kegundahannya dan ketakutannya maka beliau mengatakan, “Aku tidak merasa aman bahwa الله melihatku atas sebagian apa yang tidak disenangi-Nya, maka Ia mengutukku dan berfirman ‘Pergilah dan tiada Aku ampunkan engkau ‘ maka aku telah berbuat pada yang bukan tempatnya”.
Diriwayatkan
dari Ibnu Samak yang mengatakan, “Aku pada suatu hari memberi
pengajaran pada suatu majlis maka seorang pemuda dari sebuah rombongan
bangun berdiri dan mengatakan, ‘hai Abul Abas, engkau pada hari ini
telah memberi pengajaran dengan perkataan yang tidak kami hiraukan bahwa
tiada kami mendengar dari yang lainnya”.
Lalu aku bertanya, “Perkataan apakah itu ? kiranya engkau dicurahkan rahmat oleh الله”
Pemuda
itu menjawab, “Perkatan engkau ‘Hati orang-orang yang takut telah
dipotong oleh lamanya orang-orang yang kekal, adakalanya dalam surga
atau dalam neraka”.
Kemudian
pemuda itu menghilang dariku dan aku mencarinya di majlis yang lain
namun aku tidak melihatnya. Lalu aku tanyakan, maka diberitahukanlah
kepadaku bahwa pemuda itu sakit. Maka akupun datang mengunjunginya dan
aku berkata, “Hai saudaraku, apa gerangan yang aku lihat pada diri
engkau ?”.
Pemuda
itu menjawab, “Hai Abul Abbas, itu dari perkataan engkau ‘hati
orang-orang yang takut telah diputuskan oleh lamanya orang-orang yang
kekal, adakalanya dalam surga, adakalanya dalam neraka’”.
Ibnu Samak meneruskan ceritanya,”Kemudian pemuda itu meninggal dunia, kiranya الله
melimpahkan rahmat kepadanya. Kemudian aku bermimpi melihatnya di dalam
tidur maka aku bertanya, “Hai saudaraku ! apa yang telah diperbuat الله kepadamu ?”
Pemuda itu menjawab, الله telah mengampunkan dosaku, merahmatiku dan memasukkanku ke dalam surga”.
Aku bertanya, “Dengan apa?”
Ia menjawab, “Dengan perkataan engkau itu”.
Maka
inilah tempat takutnya para nabi, wali, ulama dan orang-orang salih.
Dan kita lebih layak dengan lebih takut jika dibandingkan mereka.
Akan tetapi takut itu tidak disebabkan banyak dosa, tetapi dengan
kebersihan hati dan kesempurnaan ma’rifah. Jikalau tidak, maka tidaklah
keamanan kita karena sedikitnya dosa dan banyaknya keta’atan kita, akan
tetapi karena dipimpinya kita oleh hawa nafsu kita dan dikerasinya kita
oleh kedurhakaan kita dan tercegah kita dari memperhatikan hal ihwal
kita oleh sebab kelalaian dan kesesatan hati kita. Maka tidaklah semakin
mendekatnya keberangkatan ke akhirat itu dapat membangunkan kita, dan
tidaklah banyaknya dosa itu menggerakkan kita. Tidaklah penyaksian hal
keadaan orang-orang takut itu dapat menakutkan kita, dan tidaklah bahaya
al-khatimah itu mengejutkan kita.
Maka kita bermohon kepada الله تعالى
kiranya ia memperdapatkan kembali dengan kurnia dan kemurahan-Nya akan
hal ihwal kita, lalu diperbaiki-Nya kita, jikalau adalah penggerakan
lisan dengan semata-mata meminta tanpa persediaan itu bermanfaat bagi
kita.
Dan
diantara keajaiban-keajaiban adalah bahwa kita apabila berkehendak
kepada harta benda dunia niscaya kita bercocok tanam dan menanam,
berniaga, menyeberangi lautan dan padang pasir dan kita mau menempuh
bahaya. Dan kalau kita bermaksud mencari pangkat ilmu pengetahuan
niscaya kita mempelajari ilmu fikih dan kita bersusah payah menghafal
dan mengulang-ulanginya. Dan kita tidak pula tidur malam, kita
bersungguh-sungguh dalam mencari rizki kita. Dan kita tidak percaya
kepada jaminan الله dan kita tidak duduk di rumah kita dan berdoa, “Wahai الله Tuhanku, berilah kami rizki”. Kemudian ketika mata kita menatap Raja Yang Kekal Yang
Berketetapan niscaya kita cukupkan dengan berdoa melalui lidah kita,
“Wahai Tuhan kami, ampunilah kami dan kasihanilah kami, yang kepada-Nya
harapan kami, dan dengan Dia kemegahan kami, yang memanggil kami dengan berfirman :
وان ليس للانسان الاما سعى
Dan bahwa manusia itu hanya memperoleh apa yang diusahakannya. (An-Najm 39).
Dan firman-Nya:
ولا يغرنكم بالله الغرور
Dan janganlah kepercayaanmu kepada الله tertipu oleh yang amat pandai menipu / setan (Fathir 5).
Dan firman-Nya :
يأيهاالانسان ما غرك بربك الكريم
Wahai manusia, apakah yang telah memperdayakan kamu sekalian terhadap Tuhan engkau Yang Maha Pemurah ?” (Al-Infithar 6).
Kemudian
setiap yang demikian itu tidak memberitahukan kepada kita dan tidak
mengeluarkan kita dari lembah ke-terperdayaa-an kita dan angan-angan
kita. Maka tidaklah semua ini melainkan bencana yang menghuru-harakan.
Jikalau tidaklah الله
mengurniakan kita dengan taubat nasuha yang akan memperdapatkan kita
dengan sebab taubat itu dan menambalkan kekurangan kita. Kiranya Ia
mempertaubatkan kita. Bahkan kita bermohon kepada-Nya bahwa Ia
menunjukkan rahasia hati kita kepada jalan taubat, dan Ia tidak
menjadikan gerakan lidah kita dengan permintaan taubat itu penghabisan
keberuntungan kita. Lalu kita akan termasuk orang yang mengatakan akan
tetapi tidak mengerjakan, mendengar dan tidak menerima. Apabila kita
mendengar pengajaran niscaya kita menangis. Dan apabila datang waktu
amal dengan apa yang kita dengar, lalu kita mengingkari.
Maka tiada tanda kehinaan yang lebih besar dari ini semua. Mari kita bermohon kepada الله تعالى kiranya Ia mencurahkan nikmat kepada kita dengan taufik dan petunjuk , dengan nikmat dan kurnia-Nya.
Marilah
kita singkatkan cerita hal-ihwal orang-orang yang takut sekedar apayang
telah kita kemukakan. Sesungguhnya sedikit dari ini berbetulan dengan
hati yang menerima, Maka memadailah dan yang banyak darinya. Jikalau dicurahkan kepada hati yang lalai maka tidaklah berfaidah.
Sungguh
benarlah cerita tentang seorang pendeta yang disampaikan oleh Isa bin
Malik Al_khaulani. Dan pendeta itu termasuk orang yang ahli beribadah
yang pilihan. Bahwa Isa bin Malik Al_khaulani melihatnya berdiri di
pintu Baitul Maqdis seperti keadaan orang yang sedang bergundah hati
dari sebab bersangatan bimbangnya. Dan hampir tidak kering air matanya
dari banyaknya menangis. Isa bin Malik Al_khaulani berkata, “Tatkala aku
melihatnya maka mendahsyatkan aku memandangnya. Lalu aku berkata, “Hai
pendeta berikanlah aku wasiyat (nasihat) yang akan aku hafal dari
engkau.”
Pendeta
itu menjawab, “Hai saudaraku, dengn apa aku nasihatkan engkau ? Jikalau
sangguplah engkau setingkat dengan seorang laki-laki yang dihalau oleh
binatang buas dan singa. Orang itu takut dan berhati-hati. Ia takut
lengah sehingga ia diterkam oleh binatang buas itu. Atau lupa lalu ia
ditangkap dengan mulut oleh singa. Dia yang berhati kecut, yang takut,
dia pada malamnya dalam ketakutan walaupun orang-orang yang terperdaya
merasa aman. Dan pada siangnya dalam kegundahan walaupun orang-orang
yang tidak ada kerja merasa neruntung”.
Kemudian
pendeta itu pergi dan ditinggalkanya aku, lalu aku mengatakan,”Jikalau
engkau tambahkan sedikit lagi kepadaku, niscaya mudah-mudahan bermanfaat
bagiku”.
Pendeta itu menjawab, “orang yang haus, akan memadahi baginya air yang sedikit”.
Sungguh
benar pendeta itu, bahwa hati yang bersih itu digerakkan oleh
sedikitnya ketakutan sedang hati yang beku maka setiap pelajaran tidak
akan disetujuinya.
Apa
yang disebutkannya dari kira-kira bahwa ia dihalau oleh binatang buas
dan singa, maka tidak seyogyanya disangka bahwa itu kira-kira akan
tetapi itu sungguh-sungguh. Maka jika engkau menyaksikan dengan nur mata
hati kepada bathin engkau niscaya engkau melihat penuh dengan berbagai
macam binatang buas dan bermacam-macam singa seperti marah, nafsu
syahwat, busuk hati, dengki, sombong, mengherani diri (ujub), ria dan
lain-lainnya. Dan sifat-sifat ini selalu menerkam
engkau dan menelan engkau dengan mulutnya jika engkau lalai sekejab
mata saja. Hanya saja, mata engkau terhijab dari melihatnya. Maka
apabila tersingkap tuutpnya dan engkau telah diletakkan dalam kubur,
niscaya engkau akan melihatnya. Dan telah tergambar bagi engkau akan
rupa dan bentuknya yang bersesuaian dengan maknanya. Maka ketika itu
engkau melihat dengan mata engkau akan kalajengking dan ular. Dan ia
meletakkan pandangan kepada engkau di dalam kubur engkau. Dan itu
sesunggunya adalah sifat-sifat engkau yang ada sekarang yang telah
terbuka kepada engkau bentuk-bentuknya. Jikalau engkau bermaksud
membunuhnya dan memaksanya dan engkau sanggup atas yang demikian sebelum
mati, maka kerjakanlah ! jikalau tidak, maka seidakanlah diri engkau
kepada sengatan dan tangkapan mulutnya bagi jantung hati engkau !
lebih-lebih lagi zahiriyah engkau !.
Wassalam........
Langganan:
Postingan (Atom)